BRIN di Bawah Mikroskop: Menimbang Langkah, Meninjau Dampak Tata Kelola Riset Nasional
Pendahuluan
Pembentukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada tahun 2021 merupakan langkah ambisius pemerintah Indonesia untuk mereformasi total ekosistem riset dan inovasi. Dengan menyatukan seluruh lembaga penelitian di bawah satu atap, mulai dari Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) seperti LIPI, BPPT, BATAN, LAPAN, hingga unit riset kementerian, BRIN diharapkan mampu menciptakan sinergi, efisiensi, dan hilirisasi hasil riset yang lebih optimal demi kemajuan bangsa. Namun, perjalanan BRIN sejauh ini tidak lepas dari sorotan tajam dan berbagai tantangan. Tiga tahun pasca-transformasi besar-besaran ini, sudah saatnya kita menempatkan BRIN di bawah mikroskop evaluasi untuk meninjau seberapa efektif langkahnya dalam mengemban amanat riset nasional.
Mandat dan Visi BRIN: Harapan Besar di Pundak Institusi Baru
Mandat utama BRIN sangat monumental: menyatukan sumber daya manusia, anggaran, infrastruktur, dan agenda riset nasional. Visi yang diusung adalah menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdaya saing global melalui riset dan inovasi yang berdampak. Ini mencakup peningkatan kualitas publikasi ilmiah, paten, hilirisasi produk inovasi, serta kontribusi riset dalam perumusan kebijakan publik dan penyelesaian masalah strategis nasional. Harapan ini sangat besar, mengingat fragmentasi riset di masa lalu sering disebut sebagai penghambat utama kemajuan inovasi di Indonesia.
Indikator Kinerja yang Dievaluasi
Untuk mengevaluasi kinerja BRIN, beberapa indikator kunci perlu diperhatikan:
- Tata Kelola Sumber Daya Manusia (SDM) Peneliti: Bagaimana BRIN mengelola transisi, pengembangan karier, kesejahteraan, dan moral peneliti yang kini bernaung di bawah satu payung.
- Efisiensi dan Efektivitas Anggaran Riset: Sejauh mana anggaran riset dialokasikan, diserap, dan menghasilkan dampak yang signifikan, dibandingkan dengan model sebelumnya.
- Produktivitas dan Kualitas Riset: Dampak terhadap jumlah publikasi ilmiah berkualitas, paten, dan inovasi yang dihasilkan.
- Hilirisasi dan Dampak Inovasi: Kemampuan BRIN menjembatani riset dengan industri dan masyarakat, menciptakan produk inovatif yang bernilai ekonomi.
- Sinergi dan Kolaborasi: Peningkatan kerja sama internal antar-pusat riset di BRIN, serta kolaborasi eksternal dengan perguruan tinggi, industri, dan lembaga internasional.
- Pemanfaatan Infrastruktur dan Fasilitas Riset: Optimalisasi aset-aset riset yang kini terpusat.
Hasil dan Tantangan dalam Pelaksanaan
Evaluasi awal menunjukkan bahwa BRIN menghadapi tantangan yang kompleks dan multidimensional:
-
1. Gejolak SDM Peneliti: Transisi yang sangat cepat menimbulkan ketidakpastian dan penurunan moral di kalangan peneliti. Banyak peneliti senior memilih pensiun dini atau pindah ke perguruan tinggi. Sistem kepegawaian yang baru, dengan skema jabatan fungsional yang belum sepenuhnya matang, menimbulkan kebingungan. Adanya peneliti yang merasa ‘non-fungsional’ atau tidak mendapatkan penugasan riset yang jelas menjadi catatan penting. Ini berpotensi pada "brain drain" dan hilangnya keahlian strategis.
-
2. Efisiensi Anggaran yang Dipertanyakan: Meskipun tujuan penyatuan adalah efisiensi, realisasi anggaran riset justru menghadapi kendala birokrasi baru. Proses pengajuan, pencairan, dan pelaporan yang kompleks sering dikeluhkan peneliti, menghambat kelancaran riset. Anggaran operasional yang besar dibandingkan anggaran riset langsung juga menjadi sorotan.
-
3. Produktivitas dan Kualitas Riset yang Belum Optimal: Dampak positif terhadap peningkatan publikasi ilmiah dan paten belum terlihat signifikan secara merata. Beberapa peneliti mengeluhkan hilangnya "academic freedom" atau kebebasan dalam menentukan topik riset, digantikan oleh agenda riset top-down yang ketat. Transisi yang menguras energi administratif juga mengurangi waktu efektif peneliti untuk melakukan riset.
-
4. Hilirisasi Inovasi yang Masih Jauh dari Harapan: Jembatan antara hasil riset dengan kebutuhan industri dan pasar masih sangat lemah. Mekanisme komersialisasi dan transfer teknologi belum berjalan mulus. Produk inovasi yang benar-benar memberikan dampak ekonomi besar masih terbatas.
-
5. Sinergi dan Kolaborasi yang Tertatih: Meskipun secara struktural terpusat, sinergi antar-pusat riset di BRIN sendiri belum sepenuhnya terwujud. Kolaborasi dengan perguruan tinggi dan industri juga belum mencapai tingkat yang diharapkan, sebagian karena adanya persepsi persaingan atau kerumitan birokrasi baru.
-
6. Pemanfaatan Infrastruktur yang Belum Optimal: Konsolidasi aset riset memang telah dilakukan, namun optimalisasi pemanfaatannya masih menjadi pekerjaan rumah. Beberapa fasilitas canggih belum sepenuhnya diakses atau dimanfaatkan secara maksimal oleh seluruh peneliti yang membutuhkan.
Potensi dan Peluang ke Depan
Terlepas dari berbagai tantangan, BRIN memiliki potensi besar jika masalah-masalah struktural dan manajerial dapat diatasi:
- Basis Data dan Sumber Daya Terpusat: Konsolidasi memungkinkan terbentuknya basis data riset nasional yang komprehensif, serta akses terpusat ke fasilitas dan keahlian lintas bidang.
- Fokus Riset Strategis: BRIN memiliki kapasitas untuk merumuskan agenda riset nasional yang terarah dan strategis, sesuai dengan kebutuhan pembangunan bangsa.
- Generasi Peneliti Muda: Adanya peneliti muda yang bersemangat dapat menjadi motor penggerak inovasi jika diberikan lingkungan yang kondusif.
Rekomendasi untuk Perbaikan
Untuk memastikan BRIN dapat memenuhi amanatnya, beberapa rekomendasi perlu dipertimbangkan:
- Peningkatan Tata Kelola SDM yang Humanis: Membangun kembali kepercayaan dan moral peneliti melalui jalur karier yang jelas, evaluasi kinerja yang transparan, kesejahteraan yang memadai, dan pengakuan atas keahlian individu. Berikan ruang yang lebih besar untuk bottom-up research proposal.
- Penyederhanaan Birokrasi dan Peningkatan Akuntabilitas Anggaran: Mempercepat proses administrasi riset, meningkatkan transparansi alokasi anggaran, dan memastikan anggaran riset langsung lebih besar serta tepat sasaran.
- Fokus pada Kualitas dan Dampak: Mendorong riset berkualitas tinggi yang memiliki potensi dampak nyata, bukan sekadar kuantitas publikasi. Fasilitasi kebebasan akademik yang bertanggung jawab.
- Penguatan Ekosistem Inovasi: Membangun jembatan yang lebih kuat dengan industri, UMKM, dan start-up melalui skema insentif, fasilitas inkubasi, dan kemitraan strategis.
- Memperkuat Kolaborasi Lintas Sektor: Aktif membangun kemitraan dengan perguruan tinggi, lembaga riset swasta, dan kementerian/lembaga lain untuk menghindari duplikasi dan menciptakan sinergi yang sesungguhnya.
- Optimalisasi Aset Riset: Memastikan seluruh fasilitas dan infrastruktur riset dapat diakses dan dimanfaatkan secara maksimal oleh seluruh peneliti nasional.
Kesimpulan
Evaluasi kinerja BRIN adalah sebuah keniscayaan. Sebagai "kapal induk" riset dan inovasi nasional, BRIN memegang peran krusial dalam menentukan masa depan bangsa. Tiga tahun adalah waktu yang relatif singkat untuk mengukur dampak penuh dari transformasi sebesar ini, dan gejolak di awal adalah hal yang mungkin terjadi. Namun, tantangan yang ada harus direspons dengan cepat dan adaptif.
BRIN perlu bertransformasi dari sekadar konsolidator menjadi fasilitator dan katalisator riset. Ini bukan hanya tentang menyatukan, tetapi juga tentang memberdayakan. Dengan refleksi jujur, perbaikan berkelanjutan, dan partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan, BRIN masih memiliki peluang besar untuk mewujudkan visinya dan membawa Indonesia ke garis depan inovasi global. Masa depan riset nasional bergantung pada kemampuan BRIN untuk belajar dari pengalaman, beradaptasi, dan kembali fokus pada inti amanatnya: menciptakan riset dan inovasi yang benar-benar berdampak.